
Sekda Berkunjung Ke JPK, Sidik Ali Menyoroti 3 Pembangunan Yang Kurang Tepat Dilampung Timur
LAMPUNG TIMUR (Pena Lampung) – Dalam kunjungan Sekretaris Daerah Kabupaten Lampung Timur ke kantor Jaringan Pembrantasan Korupsi (JPK), Kamis (02/05/2019), momen itu dimanfaatkan untuk menyampaikan beberapa Simbol dan Icon yang kurang tepat dalam bentuk atau pun penempatan pembangunan nya, Jum’at (03/05/2019).
Banyak diskusi yang di petik dari obrolan antara ketua JPK dan Syahrudin Putera, salah satunya penyampaian terkait Lambang Siger Lampung yang berdiri di depan Polres, Kejaksaan Negri, Dan Pengadilan Negri.
Sidik Ali menyampaikan,”saya bicara disini, pak sekda bukan selaku Sekda, tapi Forkopimda, tolong di beri masukan kepada PU, Simbol yang ada di depan Pengadilan, kejaksaan dan Polres, karena simbol itu menunjukan tujuh siger, sebelum tokoh masyarakat atau tokoh adat memberikan petisi atau mosi, karena di sini adalah wilayah Abung Siwo Migo, kalau dia Abung Siwo Migo adalah sembilan lekuknya, apa lagi ini simbol, simbol itu ada maknanya,”tegasnya
Baca Juga :
Kalau Tidak Ada Control Sosial, Korupsi Sudah Menjadi Watak Dari Kekuasaan
Menanggapi hal itu, Syahrudin Putera selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Lampung Timur pun kurang setuju dengan adannya Lambang Siger Lampung yang ada di Bumi Tuah Bepadan lekuknya hanya tujuh.
,”ya gak boleh, harus sembilan,”Jawab Syahrudin Putera
Masih ada lagi, menurut ketua JPK patung Badak kurang pantas jika keberadaannya di depan halaman kantor Bupati, terlebih lagi pada posisinya telah memantati Kantor orang nomor satu di Lampung Timur.
Sidik Ali menambahkan,”mungkin kita obrolan kosong, karena dia sudah berdiri, kalau kita bicara Lampung Icon pariwisatanya adalah gajah, ketika orang menyebut Lampung maka way kambas, ini di Lampung Timur ya, mungkin di situ masih ratusan bahkan ribuan gajah, setau saya badak itu adalah hibah dari kementrian kehutanan pada waktu itu Zulkifli Hasan menjabat sebagai kementrian kehutanan, bagi saya pemda itu adalah Simbol pemerintahan, kuranglah elok jika di taro di situ, karena masih ada perempatan mataram, perempatan nyampir atau mau masuk ke gerbang way kambas,”tambah ketua JPK
Dan bukan hanya Lambang Siger dan Icon Lampung, sesuai dengan basicnya yang bergelar Sarjana ke agamaan Muslim (Spd.i, red), dirinya memberi masukan, alangkah baiknya jika Ayat – ayat Asma’ul Husna di letakan di Islamic Center.
,”dan lagi ayat Asma’ul Husna, kita ada Islamic Center alangkah eloknya kalau di sana,”pinta Sidik Ali
Sidik Ali menilai, dalam perancangan pembangunan terkesan di buat cepat dan kurang melibatkan tokoh yang benar-benar membidangi tiga Item itu.
,”dan artinya, dalam membuat perencanaan pembangunan jangan selalu tergesa-gesa, berkordinasi dengan siapa tokohnya sehingga bisa berdiri di situ, yang mengaku tokoh banyak, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, tapi yang asli – asli tokoh dia bisa mengatakan begini “ngomong enak, tapi tidak enak di dengar” yang enak di dengar itu, benar itu, sip, tenang aja, beres itu, nanti urusan belakang, na itu yang enak, tapi kakinya masuk lubang sebelah itu pak sekda,”candanya, sehingga membuat tertawa jajaran JPK dan Sekda di ruangan itu.
Penulis : Eri
Klik Gambar
